Masuk

Akankah Dolar AS yang Sedang dalam Jenuh Jual Melemah?

Adam Lienhard
Adam
Lienhard
Akankah Dolar AS yang Sedang dalam Jenuh Jual Melemah?

Akhir-akhir ini, dolar AS mengalami penigkatan nilai yang mencolok. Beberapa orang mungkin berpendapat bahwa saat ini harga sedang overvalued dan meregang serta dapat melemah ke posisi terendah di akhir-akhir ini. Namun, hal ini dapat memperoleh dukungan dari potensi kenaikan suku bunga Fed dalam waktu dekat. Secara teknis, dolar sedang dalam jenuh jual, akan tetapi penurunan di bawah level-level kunci akan suku terjadi tanpa adanya katalis.

Puncak dolar AS

Lonjakan nilai dolar akhir-akhir ini dapat dikaitkan dengan persepsi keamanannya selama krisis COVID-19. Tensi perdagangan dan politik yang meningkat antara Amerika Serikat dan Tiongkok juga berkontribusi pada apresiasi USD.

Namun, ketika perekonomian global terstabilkan, daya tarik Dolar sebagai penyimpan nilai dapat menurun. Dalam jangka panjang, pelemahan dolar terlihat jelas karena melebarnya defisit transaksi berjalan dan anggaran AS, yang meningkat secara signifikan akibat dampak ekonomi pandemi.

Apakah dolar akan turun?

Terdapat beberapa pertanda yang menunjukkan kemungkinan penurunan dolar di masa mendatang. Salah satu dari faktor-faktor tersebut adalah Indeks Dolar, yang naik 3,4% sejak awal bulan Mei. Hal ini mengindikasikan pemicu pembelian dan koreksi.

Para pejabat dari Departemen Keuangan dan Federal Reserve telah mengungkapkan kekhawatirannya atas peningkatan dolar yang sangat cepat dan akumulasi yang berlebihan. Mereka menyatakan bahwa rally tersebut tidak akan terus berlanjut.

Pemulihan ekonomi Amerika Serikat berjalan lebih lambat dari yang diperkirakan, dengan tingginya pengangguran dan kontraksi pada PDB yang signifikan. Jika Federal Reserve tetap mempertahankan suku bunga yang rendah untuk waktu yang lama dan mencari lebih banyak stimulus, hal ini dapat semakin melemahkan daya tarik dolar di mata para investor yang mengincar imbal hasil. Namun, kenaikan suku bunga yang sangat diantisipasi oleh the Fed dapat memberikan dorongan pada dolar untuk sementara waktu dengan menarik arus modal masuk.

Reaksi dunia terhadap tren tersebut

Bank-bank sentral utama lainnya juga mengimplementasikan langkah-langkah stimulasi dan suku bunga yang sangat rendah. Hal ini dapat membatasi pertumbuhan dolar. Bank Sentral Eropa, Bank of Japan, dan Bank of England, seluruhnya telah mengindikasikan niat mereka untuk melanjutkan program stimulus untuk jangka waktu yang lebih lama.

Jika pemulihan ekonomi AA tetap lebih lemah dibandingkan Eropa dan Tiongkok, hal ini dapat meningkatkan permintaan pada mata uang pesaingnya seperti euro dan yuan. Laporan-laporan dari Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) menunjukkan bahwa ekonomi AS akan mengalami pemulihan yang relatif dangkal pada tahun ini.

Permintaan pada aset-aset safe-haven, mencerminkan peningkatan yang tajam pada harga emas di tahun 2020, mengindikasikan bahwa daya tari dolar sebagai penyimpan nilai mungkin terbatas, bahkan dengan kenaikan suku bunga The Fed pada akhirnya.

Risiko geopolitik antara AS dan Tiongkok tidak menunjukkan tanda-tanda mereda. Memburuknya hubungan yang sedang berlangsung dapat berdampak negatif pada ekspektasi pertumbuhan dan imbal hasil obligasi AS serta memengaruhi permintaan dolar sebagai aset safe-haven.

Ikuti kami di media sosial (Telegram, Instagram, Facebook) untuk dapatkan kabar terbaru dari Headway dengan cepat.